Thursday 13 March 2014

Wajah Pemilu Indonesia


Oleh: Bara Prastama

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan proses substansial dalam penyegaran suatu pemerintahan. Andrew Reynolds menyatakan bahwa Pemilihan Umum adalah metode yang di dalamnya suara-suara yang diperoleh dalam pemilihan diterjemahkan menjadi kursi-kursi yang dimenangkan dalam parlemen oleh partai-partai dan para kandidat. Otomatis pemilihan umum sebagai suatu sarana penting untuk memilih wakil-wakil rakyat yang benar-benar akan bekerja mewakili mereka dalam proses pembuatan kebijakan negara.


Dalam Pemilu, para pemilih disebut konstituen, dan pada masa kampanye mereka ditawarkan janji-janji dan program-program yang bisa membuat peserta pemilu dipilih oleh pemilih. Moment “pesta demokrasi” bagi warga negara Indonesia ini sebagai bentuk perwujudan demokrasi, rakyat dapat memilih langsung pemimpinnya. Pesta 5 tahunan ini diikuti oleh partai-partai politik dan harusnya bisa mewakili kepentingan spesifik warganegara. Kepentingan-kepentingan seperti nilai-nilai agama, keadilan, kesejahteraan, nasionalisme, keamanan, antikorupsi, dan sejenisnya kerap dibawakan partai politik tatkala mereka berkampanye. Sebab itu, sistem pemilihan umum yang baik adalah sistem yang mampu mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang berbeda di tingkat masyarakat, agar terwakili dalam proses pembuatan kebijakan negara di parlemen. Asas pemilu yang dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

PROPOSIONAL DAN TERBUKA

Sistem pemilu di Indonesia tidak terlepas dari fungsi rekrutmen dalam sistem politik. Di Indonesia, pemilihan legislatif (DPR, DPRD I, dan DPRD II) menggunakan sistem proporsional dengan daftar terbuka. Lewat sistem semacam ini, partai-partai politik cenderung mencari kandidat yang populer sehingga punya elektabilitas yang tinggi di mata para pemilih.

Hal tadi mendorong banyak artis (sinetron, lawak, penyanyi) yang tergiur untuk bergabung ke dalam sebuah partai politik. Selain artis, banyak partai politik merekrut academic-celebrity (kalangan intelektual yang sering tampil di pesawat televisi) sebagai kandidat mereka. Akibat seringnya mereka tampil, publik diprediksi akan mengenal mereka. Partai yang merekrut mereka punya dua keuntungan yaitu popularitas dan modal intelektual.

Daftar terbuka memungkinkan seorang kandidat mendapat contrengan lebih banyak ketimbang calon lainnya dalam partai yang sama. Bagi partai politik, populernya seorang caleg membuat pilihan pemilih terfokus kepada partainya ketimbang kepada partai-partai politik lain.

PORSI PEREMPUAN

Di Indonesia pula, undang-undang pemilu yang terakhir mensyaratkan setiap partai politik menyertakan minimal 30% kandidat perempuan. Hal ini membuka kemungkinan yang lebih besar bagi perempuan untuk menjadi legislator. Namun, di sisi lain partai politik sangat selektif terhadap caleg perempuan: Hanya caleg perempuan yang memenuhi kriteria tertentu (cantik, populer, akademik) yang benar-benar masuk ke dalam 30% kandidat partai mereka. Tingkat persaingan antar caleg perempuan lebih besar ketimbang antar caleg laki-laki.

Pemilihan umum merupakan mekanisme penting dalam sebuah negara, terutama yang menggunakan jenis sistem politik Demokrasi. Pemilihan Umum yang mendistribusikan perwakilan kepentingan elemen masyarakat berbeda ke dalam bentuk representasi orang-orang partai di parlemen. Indonesia sedang menyelenggarakan pemilihan umum yang kesebelas. Semoga semangat rakyat dalam pesta demokrasi kali ini masih sebesar antusias pesta demokrasi pertama di Indonesia tahun 1955 yang terdapat pada bait lagu pemilihan umum “...Pemilihan Umum, Ke sana beramai-ramai,Marilah-marilah, Saudara semua.” Sejarah yang menentukan masa depan tanah air yang kita cintai ini.


Kota


Oleh: Bara Prastama


Eiridu, Ur,Llagash, dan Kish tercatat sebagai 
beberapa kota yang pertama ada, sekitar 3000 tahun sm.



Kota-kota itu terletak di daerah subur di Lembah Mesopotamia. Seribu tahun kemudian muncul kota Babylon yang terkenal itu. Kini hampir diseluruh hamparan bumi ini kita dapat menemukan kota, dalam berbagai skala dari yang besar, sedang hingga kecil. Kenapa harus ada ‘kota’ dalam kehidupan kita?



Padahal kita dapat membangun model ekonomi: sebuah negeri tanpa kota, dengan catatan tiga asumsi berikut dapat terpenuhi. Sebuah negeri, Ada Penduduk dan (hanya) mengkonsumsi dua barang: makanan dan pakaian. Masing-masing penduduk mampu membuat pakaian untuk dirinya sendiri dan mendapatkan makanan untuk dirinya sendiri. Setiap penduduk. Tidak ada yang memiliki lebih, tidak ada yang kurang. Ini asumsi pertama kita, Equal productivity Membuat satu pakaian: satu orang selama dua hari. Sepuluh pakaian: satu orang selama dua puluh hari (produksi dalam jumlah banyak tidak menurunkan biaya per unit). Kedua Tidak ada economies of scale in production, Biaya mengirim sepuluh lembar pakaian sama dengan sepuluh kali mengirimkan satu lembar pakaian. (mengirim dalam jumlah banyak tidak menurunkan biaya per unit). Economies of Scale in Transportation. Jika tiga asumsi ekonomi itu dapat dipenuhi, maka tidak ada perlunya melakukan perdagangan atau memusatkan produksi barang pada area tertentu, semua penduduk dalam negeri itu mampu mencukupi dirinya masing-masing (self sufficient). Dengan demikian kita telah membangun sebuah model ekonomi: sebuah negeri tanpa kota.

Dalam kehidupan nyata, alangkah sulitnya memenuhi tiga asumsi itu. Keberadaan kota-kota di Lembah mesopotamia tadi memberi petunjuk bahwa sejak lima ribu tahun yang lalu manusia telah tidak sesederhana tiga asumsi itu. Keunggulan komparatif (comparative advantage), ini yang menyebabkan asumsi pertama dalam model ekonomi tadi sulit dipenuhi. Sebagian penduduk lebih lihai dalam berburu, sehingga punya pasokan makanan yang berlebih dibanding yang lain. Sebagian penduduk lebih lihai dalam membuat pakaian, (yang bahan utamanya dari kulit binatang). Sehingga punya pasokan pakaian yang berlebih dibanding yang lain. Kelebihan pasokan pada masing-masing pihak akan mendorong terjadinya perdagangan.

Perbedaan keahlian tadi akan membentuk spesialisasi, ada grup pembuat pakaian dan grup pemburu binatang. Dengan spesialisasi, mereka mendapati membuat pakaian sekaligus dalam jumlah banyak jauh lebih efisien dibanding membuat satu-satu, begitupun pemburu. Ini berarti asumsi kedua kita gagal.

Spesialisasi juga mempengaruhi keputusan mereka menentukan tempat tinggal. Pemburu lebih suka mendekati hutan, pembuat pakaian memilih tinggal di dekat sungai dan menjemur kulit binatang bahan pakaian. Perbedaan tempat tinggal mengharuskan mereka melakukan perjalanan ketika harus saling bertukar produk. Mereka mendapati mengirim dalam jumlah banyak lebih efisien dibanding mengirim satu-satu. Asumsi ketiga kita juga gagal.

Interaksi dua grup penduduk ini selanjutnya akan mendorong munculnya sebuah ’kota’, tempat yang secara alamiah mereka tentukan, bukan di hutan di mana pemburu tinggal, juga bukan di pinggir sungai di mana pembuat pakaian tinggal, tetapi di antara dua tempat itu yang mereka merasa sama-sama efisien dari sisi jarak tempuh.

Kota yang kita bicarakan ini tentu kecil dan sederhana karena hanya melibatkan dua produk: pakaian dan makanan. tetapi saya berani meyakinkan anda bahwa ini adalah kota yang punya pondasi yang kuat untuk tumbuh dan berkembang, karena kota itu ada secara alamiah dan akibat saling berkebutuhan. Kota tadi ada karena penduduknya merasa harus ada. Kota tadi akan semakin besar dan kompleks sering dengan semakin kompleks jenis produk kebutuhan masyarakatnya.

Anda yang mempunyai kapital kuat bisa saja membangun kota dadakan, kemudian meletakan label ‘city’ dibelakang nama proyek Anda. Kerangka pikir pembentukan kota yang diuraikan tadi dapat membantu anda untuk memprediksi apakah ‘city’ anda dapat bertumbuh kembang dan berkelanjutan. Semoga ini juga membantu anda ketika akan menentukan lokasi investasi.

Silakan perhatikan, ada beberapa proyek ruko di Jabodetabek. Ratusan hingga ribuan unit dibangun dalam satu kawasan sehingga secara fisik membentuk  ‘kota’. Hampir semua unit ruko itu telah laku terjual, tetapi setelah dua tiga tahun belum juga nampak kehebohan aktivitas perekonomian disana.

Ada pelajaran menarik dari bertumbuh kembangnya kota Athena dan kehancuran kota Roma: kota yang terbangun dari interaksi alamiah punya peluang yang lebih besar untuk berkembang berkelanjutan dibanding kota yang dibesarkan dengan penaklukan pemaksaan.


Monday 10 March 2014

Wisudawan; Gaudeamus

Oleh: Bara Prastama

Kamis, 6 Maret 2014, lalu menjadi hari yang bersejarah bagi dua Inisiator Komunitas Kandang Buku. Pasalnya pagi hari itu Wahyudin (Jay/Udin) di sebelah kiri dan Kenang Kelana (Iken) di sebelah kanan, banyak lah nama lain anak ini, resmi mendapatkan gelar pendidikan tinggi pertamanya sebagai Sarjana Pendidikan. Kenang Kelana S.Pd., Pria asal Palembang kelahiran Jakarta, Senin 19 Maret 1990, Pukul 13.05 menulis riset sejarah tentang “Konsepsi Pendidikan Panca Wardhana dan Politik masa Demokrasi Terpimpin;1959-1965. Wahyudin, S.Pd., Pria yang berasal dan lahir di Cirebon, 16 Juli 1988 menulis riset sejarah dengan genre popular “Masyarakat kelas bawah dalam lirik lagu-lagu Iwan Fals;1981-1994”. 
Setelah cukup lama merasakan “mumet” pada waktunya sebagai mahasiswa semester akhir yang sedang menulis skripsi dengan metodologi Historis, akhirnya semua “kemumetan” itu terbayar setelah prosesi pemindahan tali toga (dengan tangan sendiri tentunya, setelah itu dipindahkan lagi oleh Dekan Fakultas ... prosesi yang aneh memang).

Gelar sebagai Sarjana Pendidikan (S.Pd) memang baru melekat pada nama mereka, namun mereka sudah memiliki jiwa dan melakukan aksi nyata sejak masih dibangku kuliah. Segenap Komunitas Kandang Buku mengucapkan selamat atas gelar pertamanya Wahyudin S.Pd Kenang Kelana S.Pd dan Kawan-kawan UNJ lainnya Harris Malikus S.Pd (Sejarah 2007), M.Iqbal S.Pd (Sejarah 2008), Prima Gumilang SP S.Pd (Sosiologi 2007), aktualisasikan diri lebih tinggi dan besar lagi daripada ketika masih menjadi mahasiswa. Salam #Asah Maka Tajam.

Saturday 1 March 2014

Revolusi Industri dan Lahirnya Sepak Bola Modern

Oleh: Eko Ramadhan Nugroho*

Inggris merupakan sebuah negara kepulauan di Eropa yang sangat terkenal dengan sepak bola. Tim nasional Inggris sedang mengalami penurunan prestasi dalam beberapa dekade kebelakang, tetapi liga utama profesionalnya, English Premier League, mampu menjadi liga papan atas di Eropa dan Dunia. Liga utama Inggris merupakan liga yang paling banyak ditonton jutaan pasang mata penduduk muka bumi.



Inggris merupakan negara penemu sepak bola modern. Masing-masing negara di berbagai belahan dunia boleh saja mengakui mereka sebagai penemu awal permainan si kulit bundar tersebut. Namun, penemu sepak bola modern semua sepakat bahwa Inggris-lah yang pertama. Hal tersebut dapat dilihat contoh nyata bahwa federasi sepak bola Inggris (Red- FA) merupakan federasi sepak bola tertua di dunia.

Kemunculan sepak bola modern di Inggris merupakan dampak tidak langsung dari berlangsungnya revolusi industri pada akhir abad ke-17 yang terjadi di Kerajaan Ratu Elisabeth tersebut. Jauh sebelum terjadinya revolusi industri di Inggris, sepak bola hanyalah sebuah tradisi bagi sebagian masyarakat. Disini kita boleh menyebutnya sebagai sepak bola tradisional.

Kita tentu sering mendengar nama permainan masyarakat seperti sepak bola api, sepak bola es, dan sepak bola lumpur. Sebagian permainan sepak bola tersebut tidak asing dengan penduduk Indonesia karena masih dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia untuk memperingati hari-hari tertentu. Contohnya di beberapa negara, untuk memperingati awal atau setelah masa panen, masyarakat melakukan permainan bola sepak di areal persawahan yang penuh lumpur karena akan mau dibajak. Di Indonesia, Inggris, dan berbagai negara lainnya masih melakukan tradisi sepak bola lumpur, walau tujuannya hanya untuk mewarisi tradisi. Bahkan jauh sebelum revolusi industri di beberapa suku barbar terdapat kisah mengerikan mengenai sepak bola tradisional. Bola yang dipakai untuk bermain berasal dari kepala manusia yang dihukum mati/pancung akibat melanggar adat istiadat. Persamaan dari permainan sepak bola tradisional yang bisa menjadi cirinya adalah permainan tersebut masih belum terdapat aturan baku mengenai sepak bola.

Semuanya berubah ketika di Inggris terjadi revolusi industri. Adanya revolusi industri tersebut merubah berbagai aspek kehidupan. Revolusi Industri adalah perubahan yang sangat cepat dari penggunaan tenaga manusia menjadi penggunaan tenaga mesin dalam beberapa aspek kehidupan. Dalam realitanya, revolusi industri terwujud dalam munculnya industri seperti pabrik-pabrik. Di Inggris lahan-lahan persawahan berubah menjadi pabrik, muncul banyak kota-kota industri baru yang menyebabkan terjadi urbanisasi besar-besaran yang mengakibatkan desa ditinggal oleh sebagian besar penduduknya untuk mencari pekerjaan di kota. Hal ini membuat desa-desa sepi ditinggal penduduknya, seakan menjadi desa mati. Kegiatan tradisi yang dilakukan di desa juga menjadi merosot bahkan tidak ada, termasuk sepak bola tradisional. Para warga desa terlalu sibuk dengan pekerjaannya di kota yang mayoritas sebagai buruh pabrik, dan tidak sedikit pula yang melakukan urbanisasi untuk bersekolah di kota.

Kesibukan yang terjadi setelah revolusi industri ini memberikan kejenuhan bagi para pekerja dan kaum pelajar. Rutinitas yang itu-itu saja membuat mereka lelah dan bosan. Hal ini membuat beberapa pelajar di London menggagas sebuah permainan yang biasa mereka lakukan di desa, yaitu sepak bola. Namun dengan pemikiran yang lebih maju dari para kaum terpelajar tersebut, dibuatlah aturan-aturan baku yang harus diikuti oleh para pemain yang memainkan sepak bola tersebut. Mulailah mereka membuat aturan mengenai luas lapangan, lebar dan tinggi gawang, dan pelanggaran-pelanggaran yang dilarang dilakukan dalam sepak bola. Walaupun belum selengkap sekarang, peraturan tersebut merupakan cikal bakal dan titik awal dimulainya sepak bola modern. Akhirnya, pada tahun 1863 untuk menaungi permainan sepak bola para pelajar tersebut membentuk badan resmi bernama Football Association (FA). Kemunculan FA ini membuat Inggris ditasbihkan sebagai penemu sepak bola modern.


*Mahasiswa Sejarah UNJ 2007 - Liverpudlian