Tuesday 11 November 2014

Sebuah Riwayat Perjuangan

Oleh: Aswin Setiawan*

“Ide yang jatuh dari langit tidak mungkin subur tumbuhnya, hanya ide yang berakar kebumi yang mungkin tumbuh dengan baiknya” 
Soe Hok Gie

Di Bawah Lentera Merah
Soe Hok Gie
Bentang, 2005
xii + 110 halaman
Dibawah lentera merah, begitulah Soe Hok Gie menulis sebuah skripsi sebagai syarat untuk menempuh ujian sarjana muda di jurusan Sejarah, fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Berangkat dari ketertarikannya terhadap tokoh-tokoh Marxis yang menurut Gie memiliki watak yang unik. Disini Gie coba melihat perkembangan awal komunisme di Indonesia yang dalam hal ini Gie memulai dengan Sarekat Islam (SI) Semarang.

Permulaan abad ke-20 merupakan periode paling menarik dalam sejarah pergerakan Indonesia, karena diperiode itulah terjadi perubahan sosial yang besar karena faktor; pesatnya perkembngan pendidikan ala Barat, pertumbuhan penduduk yang cepat, dan munculnya kota-kota industri besar seperti Semarang, Surabaya, Batavia (Jakarta), dll. Masuknya pengaruh modern menyebabkan terjadinya benturan dengan nilai-nilai tradisional mereka, malah ada yang mulai melepaskannya walaupun pegangan yang baru belum ada. Sebagian dari mereka mencarinya dalam pemikiran-pemikiran Islam, sedangkan yang lainnya mencari dengan menggali kembali kebudayaan lama untuk disesuaikan dengan dunia mereka yang modern (akulturasi), kemudian yang lainya lagi mencari didalam pemikiran-pemikiran barat.

Dengan jubah modern, pada awal abad ke-20 banyak aliran yang bertentangan, kadang-kadang berbagai organisasi saling menjatuhkan. Jika kita membuka sedikit saja jubah modern itu kita akan melihat sesungguhnya makna daripada gerakan itu, mereka tidak lain merupakan kelanjutan bentuk dari kelompok-kelompok yang sudah ada dalam masyarakat tradisional. Gerakan sosialistik Sarekat Islam Semarang mereka samakan dengan gerakan saminis yang menghebat pada tahun 1917. Organisasi Sarekat Islam semarang merupakan gerakan yang tidak mungkin melepaskan dirinya dari zaman lampaunya. Ide tokoh-tokohnya mau tidak mau merupakan kelanjutan dengan gagasan yang hidup pada pra abad ke-20.

Dibawah lentera merah merupakan sebuah usaha untuk melihat salah satu bentuk pergerakan rakyat Indonesia pada awal abad ke-20. Sarekat Islam semarang merupakan organisasi yang paling agresif pada tahun 1917 dimana tendensi-tendensi solsialistik mulai jelas dan pada tahun 1920 mentransformasikan diri menjadi partai komunis Indonesia. Ketika Semaun mengambil alih pimpinan Sarekat Islam Semarang dari Moehammad Joesoef mulailah adanya perubahan orientasi gerakan SI Semarang.

Dibawah Semaoen, SI Semarang memiliki banyak pendukung dari kalangan Buruh dan rakyat kecil (petani). Di fase inilah kemudian lahir gerakan kaum marxis pertama di Indonesia. Proses perevolusioneran SI Semarang tidak saja dipengaruhi pergantian di tubuh SI Semarang tetapi juga disebabkan oleh keadaan masyarakat yang disebabkan oleh keadaan ekonomi dan intelektualnya. Mulai dari masalah agraria, reaksi terhadap pembentukan Volksraad dan indie weerbaar, wabah penyakit.

Gesekan-gesekan yang terjadi antara SI Semarang dengan CSI, yaitu antara kelompok Semaoen dengan kelompok Abdul Muis semakin mewarnai dinamika pergerakan Indonesia. Cokroaminoto yang tidak ingin terjadi perpecahan didalam Sarekat Islam mencoba mendamaikan dengan cara menarik persamaan antara Islam dan Sosialisme. Tetapi usaha ini sia-sia ketika CSI dikuasai oleh Abdul Muis, dengan menerapkan disiplin partai Muis melarang keorganisasian ganda dalam tubuh SI. Para anggota SI Semarang kebanyakan juga merupakan anggota ISDV, Muis tidak mau SI dijadikan kepanjangan tangan ISDV. ISDV merupakan organisasi yang dikendalikan oleh Sneevliet seorang tokoh sosialis Belanda yang dibuang ke Hindia Belanda akibat aktivitas politiknya. Ketika tiba di Surabaya lalu tak lama kemudian dipindahkan ke Semarang, dikota inilah Sneevliet menemukan Semaoen dan membuatnya menjadi soerang marxis.

Setelah semaoen menarik semua anggota SI Semarang dan merubahnya menjadi SI Merah sebagai tandingan SI Putih. semakin jelas warna marxis dalam tubuh organisasi ini. Kemudian ISDV pada bulan mei 1920 menjadi Partai Komunis Indonesia dimana SI Merah ikut didalamnya. Aksi pemogokan oleh buruh yang diorganisir PKI dan mobilisasi massa menarik perhatian pemerintah Hindia Belanda dengan melakukan pengawasan ketat melalui PID terhadap PKI. Petualangan PKI berakhir ketika organisasi ini melakukan perlawan pada 1926/1927 yang menyebabkan banyak pemimpinnya dibunuh dan dibuang ke Boven Digoel dan membuat gerakan komunis di Indonesia hancur sebelum bangkit kembali pada masa setelah Indonesia merdeka.

*Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNJ

No comments: