Wednesday 30 May 2012

Women In The Middle Of Mainstream, Study Case By ADABAND, “Karena Wanita Ingin Dimengerti” Lyrics.

Oleh: Ratih Setianingrum


This is my another essay, sharing about women, desricbe about her world influence by cultural pop. So what is mainstream? Mainstream is the common current thought of the majority. However the mainstream is far from cohesive rather the concept is often considered a cultural construct.

Pendek katanya nih, mainstream dalam bahasa adalah harus utama. What is the new trend when one style gets old, a new one is reborn. Dalam era postmodernis ini berkembang secara massive budaya pop yang masuk melalui lirik-lirik musik, iklan, majalah, tayangan televisi yang tanpa kita sadari mempengaruhi gaya kita dalam kehidupan sehari-hari. Orang-orang yang berada dalam pengaruh ini adalah orang yang masuk dalam arus utama kehadiran budaya pop. Tidak ada yang salah sebetulnya dalam mainstream selama arus itu tidak menyimpang. Dan tak ada jaminan baik untuk orang diluar mainstream selama yang ia lakukan itu menyimpang. Pengaruh ini muncul sebagaimana yang telah saya jelaskan sebelumnya adalah karena kehadiran budaya pop.

Apa itu budaya pop? Sesuatu yang bisa dinikmati khalayak ramai. Budaya pop hadir dengan menggunakan media untuk menjadikan kesan persuasi terhadap khalayak ramai untuk kemudian meproduksi pesan-pesan bermakna. Salah satu hal yang dilahirkan budaya pop, ya itu tadi mainstream. Mainstream ini menjadikan seseorang menjadi seseorang yang lain, yang masyarakat mau. Contohnya gini.. dalam sebuah tayangan video klip luar negeri, banyak anak-anak perempuan yang menggunakan opaque dalam gaya berbusana mereka memadukan unsur minimalis dalam gaya berpakaian. Hal ini tentu saja berlawanan dengan budaya timur yang sedari dulu kita anut. Budaya pop memproduksi hal itu kemudian menjadikannya mainstream yang lama kelamaan gaya berpakaian tersebut diadopsi dan digunakan mayoritas perempuan di Indonesia. Tapi sebetulnya bukan hal ini yang akan menjadi topic essay saya kali ini. Masih dalam kaitan mainstream. 

Masih ingat kan tentang lagu adaband “karna wanita ingin dimengerti”? tentunya saya masih inget betul lagu ini membuat saya merasa harus dimengerti, harus diistimewakan, dikhususkan, lirik dalam lagu ini menginternalisasi diri saya untuk kemudian merasa harus dibedakan dengan kaum lelaki.  Hal semacam ini memang sudah menjadi suatu kebiasaan yang turun temurun terjadi, karena berbicara mengenai perempuan, tentunya tidak terlepas dari sistem social dimana mereka berada. Adanya usaha untuk memahami perempuan juga merupakan usaha untuk memahami masyarakat. Dari banyak penelitian yang menjadikan perempuan sebagai objek pengamatannya, kebanyakan mendapati bahwa perempuan selama ini berada dalam posisi yang kurang menguntungkan di masyarakat. Selain itu juga berkesimpualan bahwa laki-laki banyak mendapat keuntungan dari hak-hak istimewanya yang terus terpelihara. Fenomena ini disebabkan oleh hadirnya sebuah konstruk sosial yang secara nyata menganut pada nilai-nilai budaya patriarki yang sejak lama telah dimapankan menjadi sistem yang mendunia dan bisa jadi merupakan ideology yang paling banyak pengikutnya.[1]

Kaum laki-laki akan selalu mewarisi sebuah tatanan sosial yang menjadikan mereka mendominasi ruang kekuasaan dan kewenangan. Sehingga aktivitas-aktivitas sosial selalu dikaitkan dengan tindakan mereka dan secara perlahan menjadi sebuah aturan-aturan yang dianggap baku. Jadi ini nih yang kemudian disebut mainstream. Tanpa sadar mainstream ini berdampak pada diskriminasi dan ketidakadilan atau bahkan penindasan terhadap perempuan. Baik itu dalam lingkup keluarga, pertemanan atau bahkan hubungan pacaran. Paksaan cultural dan kelembagaan mengharuskan wanita lemah dan selalu mengalah . Dalam lirik lagu tersebut diatas digambarkan bahwa perempuan adalah sesosok mahluk yang halus dan sensitive sehingga harus dimengerti oleh mahluk lawannya. Hal ini menunjukan penggambaran tentang bentuka budaya patriarkis yang mengkontruksikan hal tersebut yang kemudian menjadi sebuah hagemoni baru melalui sebuah lirik lagu. Kehadiran nilai-nilai budaya patriarki dalam sebuah lirik lagu kurang mendapat perhatian masyarakat. Alasan yang mungkin bisa dikaitkan dengan kondisi ini, antara lain: kehadiran lirik lagu yang diiringi oleh alunan musik lebih ditempatkan sebagai sarana hiburan saja oleh sebagian besar masyarakat, sehingga makna yang terkandung dalam lirik lagu kurang diperhatikan secara seksama. Merujuk pada kondisi tersebut, maka perlu adanya suatu perhatian khusus pada keberadaan lirik-lirik lagu, terutama yang menghadirkan perempuan sebagai obyek acuannya.

Kelompok Musik ADA Band ini, saya anggap sebagai sebuah lagu yang memberikan tema cinta dalam bentuk yang berbeda. Karena seperti yang kita ketahui, meskipun beberapa tahun belakangan ini dunia musik Indonesia telah banyak diramaikan oleh kemunculan wajah (musisi) pendatang baru yang hadir dengan membawakan berbagai variasi warna musik yang beragam, namun dari segi tema, lagu cinta masih menjadi pilihan dominan bagi para penciptanya This is how pop culture being hegemony. Dalam reff yang ditulisnya Ada band, yang personil seluruhnya laki-laki menggambarkan sesosok perempuan dengan kepribadian khasnya yang lembut dan sensitive. Perempuan kerap ditampilkan sesuai dengan konstruksi sosial yang telah diyakini oleh masyarakat, dimana perempuan adalah individu yang identik dengan hal-hal yang feminin, seperti: lemah, lembut, anggun, bertubuh langsing, sopan, berparas ayu, dilindungi, diberi, ditolong dan sebagainya. Sedangkan laki-laki adalah individu yang identik dengan hal-hal yang maskulin, seperti: kuat, kekar, gagah, tegas, pelindung, penolong dan sebagainya. Dengan semakin kuatnya pandangan stereotip gender melalui bias-bias gender yang ditampilkan oleh media massa, tentunya hal tersebut dapat semakin memperkokoh pandangan nilai-nilai budaya patriarki dalam masyarakat. “Sebagai institusi kontrol sosial yang dominan, media bias dinilai memperkuat nilai-nilai dan pandangan lama suatu masyarakat dan bisa membuatnya stagnan.

Media memang bisa memperkuat pola-pola pikir dan perilaku lama sehingga menyulitkan masyarakat yang bersangkutan menapaki kemajuan (Rivers, 2003:31).” Penggambaran seperti inilah yang semakin menghagemoni secara luas bagaimana perempuan itu bersifat. Padahal pada realita sesungguhnya bentukan sifat seperti itu merupakan kontruksi masyarakat yang bersifat cultural. Di tengah-tengah maraknya tema percintaan atas dua insan manusia sebagai sepasang kekasih, lirik lagu “Karena Wanita Ingin Dimengerti” menyuguhkan tema cinta yang lebih luas. Lirik lagu “Karena Wanita Ingin Dimengerti”  dikesankan mengungkapkan perasaan cinta dengan cara memberikan rasa kekaguman dan hormat kepada kaum perempuan tapi yang dimaksud bukan perempuan sebagai pasangan hidup yang diidamkan, ataupun seorang ibu yang kerap dijadikan sebuah tema lagu. Perlu diketahui bahwa kekaguman merupakan salah satu bentuk penilaian terhadap suatu hal, dan kekaguman tersebut tentunya dapat diwujudkan dengan penggambaran-penggambaran berdasatkan pengalamannya terhadap suatu hal yang diamatinya. Dan oleh karena lirik lagu ini bercerita tentang sosok wanita, maka sudah dapat dipastikan isi dari lirik lagu tersebut penuh tentang penilaian laki-laki terhadap sosok wanita.

Dalam lirik lagu “Karena Wanita Ingin Dimengerti”, pengungkapan rasa kagum kepada kaum perempuan dihadirkan dengan memberikan gambaran tentang sosok perempuan sebagai seorang individu di ‘mata’ kaum laki-laki. Dalam penggambaran tersebut, tentunya saya menyertakan pemahaman-pemahamannya tentang perempuan berdasarkan pangalaman serta pengetahuan penulis lirik lagu yang telah dipengaruhi oleh lingkungan eksternal yang ada disekitarnya, seperti yang diungkapkan penulis lirik lagu “Karena Wanita Ingin Dimengerti”, yaitu Donnie Sibarani dalam sebuah media online : "Lagu ini (Karena Wanita Ingin Dimengerti) dibuat dari curhat orang-orang sekitar saya". Sehingga secara disengaja atau tidak, keberadaan pengaruh nilai-nilai budaya patriarki yang berkaitan dengan pandangan terhadap sosok perempuan ini telah turut terrepresentasikan dalam sistem tanda pada lirik lagu “Karena Wanita Ingin Dimengerti”, dan diterima sebagai pesan oleh khalayaknya. Sebegitu mudahnya pesan yang disampaikan oleh Ada Band. Melalui representasi nyanyian mampu mempengaruhi wanita akan sifat ke khasannya yang dimiliki yang kemudian memperjelas perbedaan gender yang sebelumnya di yakini untuk distratifikasi.
                                                                                                                
[1] Varida Dwi Yuliani, Skripsi, Representasi Nilai-nilai Budaya Patriarki, hal 3


No comments: