Wednesday 30 May 2012

Garis Batas: Perjalanan Di Negeri - Negeri Asia Tengah

Oleh: Mahendra Setiawan


Lihatlah Tajikistan banyak orang miskin namun berwawasan disana singgahlah di Kirgiztan maka kau akan melihat kultur nomad yg amat melekat pada masyarakatnya mampirlah ke Uzbekistan tengoklah sisa peradaban Islam yg masih kuat berdiri kokoh di tanah itu kunjungilah Kazakhstan yg pada kenyataannya bukan seperti yg digambarkan film Borat dan akhirilah perjalanan di Turkmenistan negara diktator dengan biaya hidup yang sangat murah.

Titik Nol
Makna Sebuah Perjalanan
Agustinus Wibisono
Gramedia, 2012
568 halaman
Di dalam buku karya Agustinus Wibowo ini pertama-tama kita diajak bertualang ke negara Tajikistan sebuah negeri yg terletak di utara Afghanistan yg wilayahnya 93% pegunungan dan para penduduknya rata-rata mempunyai wawasan yang cukup luas serta hampir semua orang-orangnya tidak ada yang buta aksara. Tajikistan bukanlah negara kaya pendapatan perkapita negeri ini masih di kisaran US$ 800 yang pada akhirnya menobatkan negri ini sebagai negara termiskin di kawasan Asia Tengah. Sebagian besar warga Tajikistan pada umumnya menggunakan bahasa Persia kuno dan abjad Cyrillic (alfabet Rusia) dalam berkomunikasi hal ini perlu dicermati mengingat kondisi topografis negara ini yg menyebabkan perkembangan bahasanya menjadi mandeg.

Sebagian rakyat Tajikistan percaya bahwa mereka merupakan keturunan dari dinasti Samanid yang berasal dari Persia. Dinasti Samanid sendiri merupakan kerajaan Islam yang berdiri pada abad kesembilan karena penaklukan bangsa Arab terhadap para penganut Zoroasterian di Persia. Nama dinasti ini sendiri diambil dari nama bangsawan Zoroaster Saman Khuda yg menjadi penganut Islam. Dinasti ini mempunyai raja besar yang bernama Ismail yang dipuja sebagai bapak pendiri Tajikistan selain itu tokoh-tokoh hasil peradaban Islam seperti Ibnu Sina, Al Biruni, Jalalludin Rumi, Ferdowsi, & Omar Khayyam dijadikan pahlawan nasional oleh negara ini beralih ke Kirgiztan negara ini merupakan negara yang masih kental akan kultur nomadnya yang didirikan oleh 40 klan Manas yang notabene merupakan legenda nasional bangsa Kirgiz. Kultur nomad yang mengakar kuat dalam masyarakat Kirgiztan dapat dilihat dari nama orang-orang Kirgiz yg hampir semuanya mengandung nama-nama legenda Manas berbeda dengan nama-nama orang di negeri-negeri Asia Tengah yang pada umumnya mengandung nama-nama Arab, Persia, ataupun nama-nama Slav. Selain itu kota Bishkek yang merupakan ibukota negara ini juga mempunyai unsur kultur nomad dimana Bishkek ternyata mempunyai arti ‘alat pengaduk susu kuda’ yang pada intinya merupakan minuman nasional bangsa Kirgiz.

Seperti negara-negara Asia Tengah pada umumnya Kirgiztan juga tak lepas dari masa lalunya sebagai daerah yg lekat dengan ideologi komunis. Jejak jalan hidup para warga negara dimasa Uni Soviet tersebut bisa dilihat dari peninggalan berupa supermarket sentral milik negara yang bernama TsuM selain itu ibukota negara ini sebelum merdeka dari Uni Soviet adalah Frunze yg merupakan nama seorang pemimpin Bolshevik pejuang komunis. Pemerintah Kirgiztan gagal menggalakan penggunaan bahasa Kirgiz dikalangan para penduduknya hal ini dikarenakan masih adanya pemikiran penggunaan bahasa Rusia terdengar lebih intelek ketimbang bahasa mereka sendiri.

Kuranglah adil jika kita membayangkan negara Kazakhstan seperti yang digambarkan oleh film Borat. Film yang dibintangi oleh komedian Inggris Sacha Baron Cohen yg dirilis pada tahun 2006 ini mengisahkan tentang seorang reporter TV Kazakhstan yang tinggal di pemukiman kumuh yang ditinggali oleh para pemerkosa dan tukang aborsi. Dirumahnya ia tinggal bersama istrinya yang seorang juara tingkat lokal dalam perlombaan pelacur. Dalam film ini Borat Sangdiyev ditugasi oleh kementrian informasi Kazakhstan untuk membuat film dokumenter mengenai Amerika Serikat alhasil dalam perjalanannya di Amerika Ia malah mempertontonkan kekonyolan tingkah laku orang Kazakhstanpada umumnya.

Nyatanya Kazakhstan merupakan negara terkaya sekaligus terluas dikawasan Asia Tengah dengan pendapatan perkapita sebesar US$ 6000 yang sebagian besar merupakaan penerimaan dari sektor Migas menjadikan kota – kota besar di Kazakhstan dipenuhi oleh para golongan Noveau Riche. Peninggalan sisa-sisa kejayaan Islam pada abad pertengahan adalah salah satu elemen yang menjadikan Uzbekistan sebagai negara yang paling kuat identitasnya dikawasan Asia Tengah. Kota-kota kuno di Uzbekistan seperti Samarkand, & Bukhara mempunyai landmark berupa Registan dan menara Kalon yang mentabiskan Uzbekistan sebagai pusat peradaban Islam dikawasan Asia Tengah namun sayangnya keberadaan peninggalan tersebut tidak berbanding lurus dengan keislaman para pemeluknya di Uzkbekistan seiring dengan peran historis komunisme di bekas wilayah Uni Soviet dan juga sebagaimana lazimnya orang-orang Islam di Asia Tengah yang jarang sekali melakukan shalat dan puasa ramadhan serta kehidupan para penduduknya yang tidak bisa lepas dari vodka.

Komunisme telah membentuk kebencian orang-orang Uzbek terhadap orang-orang Slav. Tidak seperti dinegara Asia Tengah lainnya dimana orang-orang Slav rata-rata hidup mapan di Uzbekistan banyak sekali orang-orang Slav yang menjadi pemungut sampah dan juga pengangguranyang hidup dibawah kolong jembatan seiring dengan kebijakan pemerintah Uzbekistan yang menutup pintu pekerjaan rapat-rapat bagi orang Slav maka tidak heran jika Uzbekistan merupakannegara yang paling anti Rusia.

Turkmenistan merupakan negara yang paling tidak bersahabat dengan orang asing negara yang merdeka pada 27 Oktober 1991 ini pernah dipimpin oleh seorang diktator yang bernama Saparmurat Niyazov yang memberi gelar dirinya sendiri sebagai Turkmenbashi (bapak bangsa Turkmen). Semboyan orang Turkmen:Halk, Watan, &Turkmenbashi(Rakyat, Negara, & Pemimpin) sangat mirip dengan semboyan orang Jerman dizaman Hitler yakni Ein Reich, Ein Volks, & Ein Fuhrer. Patung dan gambar sang Turkmenbashi dipampang disetiap jalan di ibukota Ashgabat dan juga dikantor-kantor pemerintahan Turkmenistan selain itu para pelajar di negara ini sama dengan para pelajar di negara Korea Utara yang menyematkan bros bergambar kepala sang diktator di dada kiri.

Air, Listrik, & Gas disediakan gratis oleh pemerintah Turkmenistan untuk para rakyatnya selain itu harga minyak dinegara ini sangatlah murah hanya sekitar Rp.120 per liter dan juga ongkos transportasi di negara ini juga terbilang murah hanya dibutukan uang sekitar Rp. 14.000 untuk tiket pesawat penerbangan domestik dan Rp. 5400 untuk tiket kereta api yang menempuh jarak tempuh selama 6 jam. Dengan gaji rata-rata orang Turkmen yg sekitar US$ 50 dan biaya hidup yang serba murah maka tidak heran negara ini menempuh jalan isolasi seperti Korea Utara. 

Women In The Middle Of Mainstream, Study Case By ADABAND, “Karena Wanita Ingin Dimengerti” Lyrics.

Oleh: Ratih Setianingrum


This is my another essay, sharing about women, desricbe about her world influence by cultural pop. So what is mainstream? Mainstream is the common current thought of the majority. However the mainstream is far from cohesive rather the concept is often considered a cultural construct.

Pendek katanya nih, mainstream dalam bahasa adalah harus utama. What is the new trend when one style gets old, a new one is reborn. Dalam era postmodernis ini berkembang secara massive budaya pop yang masuk melalui lirik-lirik musik, iklan, majalah, tayangan televisi yang tanpa kita sadari mempengaruhi gaya kita dalam kehidupan sehari-hari. Orang-orang yang berada dalam pengaruh ini adalah orang yang masuk dalam arus utama kehadiran budaya pop. Tidak ada yang salah sebetulnya dalam mainstream selama arus itu tidak menyimpang. Dan tak ada jaminan baik untuk orang diluar mainstream selama yang ia lakukan itu menyimpang. Pengaruh ini muncul sebagaimana yang telah saya jelaskan sebelumnya adalah karena kehadiran budaya pop.

Apa itu budaya pop? Sesuatu yang bisa dinikmati khalayak ramai. Budaya pop hadir dengan menggunakan media untuk menjadikan kesan persuasi terhadap khalayak ramai untuk kemudian meproduksi pesan-pesan bermakna. Salah satu hal yang dilahirkan budaya pop, ya itu tadi mainstream. Mainstream ini menjadikan seseorang menjadi seseorang yang lain, yang masyarakat mau. Contohnya gini.. dalam sebuah tayangan video klip luar negeri, banyak anak-anak perempuan yang menggunakan opaque dalam gaya berbusana mereka memadukan unsur minimalis dalam gaya berpakaian. Hal ini tentu saja berlawanan dengan budaya timur yang sedari dulu kita anut. Budaya pop memproduksi hal itu kemudian menjadikannya mainstream yang lama kelamaan gaya berpakaian tersebut diadopsi dan digunakan mayoritas perempuan di Indonesia. Tapi sebetulnya bukan hal ini yang akan menjadi topic essay saya kali ini. Masih dalam kaitan mainstream. 

Masih ingat kan tentang lagu adaband “karna wanita ingin dimengerti”? tentunya saya masih inget betul lagu ini membuat saya merasa harus dimengerti, harus diistimewakan, dikhususkan, lirik dalam lagu ini menginternalisasi diri saya untuk kemudian merasa harus dibedakan dengan kaum lelaki.  Hal semacam ini memang sudah menjadi suatu kebiasaan yang turun temurun terjadi, karena berbicara mengenai perempuan, tentunya tidak terlepas dari sistem social dimana mereka berada. Adanya usaha untuk memahami perempuan juga merupakan usaha untuk memahami masyarakat. Dari banyak penelitian yang menjadikan perempuan sebagai objek pengamatannya, kebanyakan mendapati bahwa perempuan selama ini berada dalam posisi yang kurang menguntungkan di masyarakat. Selain itu juga berkesimpualan bahwa laki-laki banyak mendapat keuntungan dari hak-hak istimewanya yang terus terpelihara. Fenomena ini disebabkan oleh hadirnya sebuah konstruk sosial yang secara nyata menganut pada nilai-nilai budaya patriarki yang sejak lama telah dimapankan menjadi sistem yang mendunia dan bisa jadi merupakan ideology yang paling banyak pengikutnya.[1]

Kaum laki-laki akan selalu mewarisi sebuah tatanan sosial yang menjadikan mereka mendominasi ruang kekuasaan dan kewenangan. Sehingga aktivitas-aktivitas sosial selalu dikaitkan dengan tindakan mereka dan secara perlahan menjadi sebuah aturan-aturan yang dianggap baku. Jadi ini nih yang kemudian disebut mainstream. Tanpa sadar mainstream ini berdampak pada diskriminasi dan ketidakadilan atau bahkan penindasan terhadap perempuan. Baik itu dalam lingkup keluarga, pertemanan atau bahkan hubungan pacaran. Paksaan cultural dan kelembagaan mengharuskan wanita lemah dan selalu mengalah . Dalam lirik lagu tersebut diatas digambarkan bahwa perempuan adalah sesosok mahluk yang halus dan sensitive sehingga harus dimengerti oleh mahluk lawannya. Hal ini menunjukan penggambaran tentang bentuka budaya patriarkis yang mengkontruksikan hal tersebut yang kemudian menjadi sebuah hagemoni baru melalui sebuah lirik lagu. Kehadiran nilai-nilai budaya patriarki dalam sebuah lirik lagu kurang mendapat perhatian masyarakat. Alasan yang mungkin bisa dikaitkan dengan kondisi ini, antara lain: kehadiran lirik lagu yang diiringi oleh alunan musik lebih ditempatkan sebagai sarana hiburan saja oleh sebagian besar masyarakat, sehingga makna yang terkandung dalam lirik lagu kurang diperhatikan secara seksama. Merujuk pada kondisi tersebut, maka perlu adanya suatu perhatian khusus pada keberadaan lirik-lirik lagu, terutama yang menghadirkan perempuan sebagai obyek acuannya.

Kelompok Musik ADA Band ini, saya anggap sebagai sebuah lagu yang memberikan tema cinta dalam bentuk yang berbeda. Karena seperti yang kita ketahui, meskipun beberapa tahun belakangan ini dunia musik Indonesia telah banyak diramaikan oleh kemunculan wajah (musisi) pendatang baru yang hadir dengan membawakan berbagai variasi warna musik yang beragam, namun dari segi tema, lagu cinta masih menjadi pilihan dominan bagi para penciptanya This is how pop culture being hegemony. Dalam reff yang ditulisnya Ada band, yang personil seluruhnya laki-laki menggambarkan sesosok perempuan dengan kepribadian khasnya yang lembut dan sensitive. Perempuan kerap ditampilkan sesuai dengan konstruksi sosial yang telah diyakini oleh masyarakat, dimana perempuan adalah individu yang identik dengan hal-hal yang feminin, seperti: lemah, lembut, anggun, bertubuh langsing, sopan, berparas ayu, dilindungi, diberi, ditolong dan sebagainya. Sedangkan laki-laki adalah individu yang identik dengan hal-hal yang maskulin, seperti: kuat, kekar, gagah, tegas, pelindung, penolong dan sebagainya. Dengan semakin kuatnya pandangan stereotip gender melalui bias-bias gender yang ditampilkan oleh media massa, tentunya hal tersebut dapat semakin memperkokoh pandangan nilai-nilai budaya patriarki dalam masyarakat. “Sebagai institusi kontrol sosial yang dominan, media bias dinilai memperkuat nilai-nilai dan pandangan lama suatu masyarakat dan bisa membuatnya stagnan.

Media memang bisa memperkuat pola-pola pikir dan perilaku lama sehingga menyulitkan masyarakat yang bersangkutan menapaki kemajuan (Rivers, 2003:31).” Penggambaran seperti inilah yang semakin menghagemoni secara luas bagaimana perempuan itu bersifat. Padahal pada realita sesungguhnya bentukan sifat seperti itu merupakan kontruksi masyarakat yang bersifat cultural. Di tengah-tengah maraknya tema percintaan atas dua insan manusia sebagai sepasang kekasih, lirik lagu “Karena Wanita Ingin Dimengerti” menyuguhkan tema cinta yang lebih luas. Lirik lagu “Karena Wanita Ingin Dimengerti”  dikesankan mengungkapkan perasaan cinta dengan cara memberikan rasa kekaguman dan hormat kepada kaum perempuan tapi yang dimaksud bukan perempuan sebagai pasangan hidup yang diidamkan, ataupun seorang ibu yang kerap dijadikan sebuah tema lagu. Perlu diketahui bahwa kekaguman merupakan salah satu bentuk penilaian terhadap suatu hal, dan kekaguman tersebut tentunya dapat diwujudkan dengan penggambaran-penggambaran berdasatkan pengalamannya terhadap suatu hal yang diamatinya. Dan oleh karena lirik lagu ini bercerita tentang sosok wanita, maka sudah dapat dipastikan isi dari lirik lagu tersebut penuh tentang penilaian laki-laki terhadap sosok wanita.

Dalam lirik lagu “Karena Wanita Ingin Dimengerti”, pengungkapan rasa kagum kepada kaum perempuan dihadirkan dengan memberikan gambaran tentang sosok perempuan sebagai seorang individu di ‘mata’ kaum laki-laki. Dalam penggambaran tersebut, tentunya saya menyertakan pemahaman-pemahamannya tentang perempuan berdasarkan pangalaman serta pengetahuan penulis lirik lagu yang telah dipengaruhi oleh lingkungan eksternal yang ada disekitarnya, seperti yang diungkapkan penulis lirik lagu “Karena Wanita Ingin Dimengerti”, yaitu Donnie Sibarani dalam sebuah media online : "Lagu ini (Karena Wanita Ingin Dimengerti) dibuat dari curhat orang-orang sekitar saya". Sehingga secara disengaja atau tidak, keberadaan pengaruh nilai-nilai budaya patriarki yang berkaitan dengan pandangan terhadap sosok perempuan ini telah turut terrepresentasikan dalam sistem tanda pada lirik lagu “Karena Wanita Ingin Dimengerti”, dan diterima sebagai pesan oleh khalayaknya. Sebegitu mudahnya pesan yang disampaikan oleh Ada Band. Melalui representasi nyanyian mampu mempengaruhi wanita akan sifat ke khasannya yang dimiliki yang kemudian memperjelas perbedaan gender yang sebelumnya di yakini untuk distratifikasi.
                                                                                                                
[1] Varida Dwi Yuliani, Skripsi, Representasi Nilai-nilai Budaya Patriarki, hal 3