Press
realese
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Pramoedya Ananta Toer
Kutipan dari Pramoedya diatas kiranya menjadi
suatu peringatan yang representatif. Bahwasanya kita harus menjaga budaya
menulis sebagai suatu bentuk kekayaan literasi Indonesia. Terlebih Indonesia
merupakan bangsa yang kaya akan budaya dan sejarahnya.
Budaya tersebut
merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang menghasilkan sejarah
perjalanan bangsa Indonesia. Kebudayaan sebagai semua, seperangkat sistem
gagasan, tindakan, hasil atau benda-benda manusia yang diperoleh dengan cara
belajar dalam rangka hidup bermasyarakat dan dimiliki oleh manusia, dirasa
perlu untuk diabadikan dalam suatu bentuk literasi untuk membantu melangsungkan
kebutuhan intelektual dalam bermasyarakat hari ini.
Era globalisasi yang ditandai
dengan kemajuan teknologi dan media informasi justru kian mengikis
kebudayaan-kebudayaan tersebut pada generasi muda. Tak sedikit pula masyarakat
yang khawatir akan dampak dari masuknya budaya barat dapat mengubah gaya hidup
manusia Indonesia kearah negatif, antara lain kekerasan, penetrasi budaya
asing, konsumerisme. Dimana akan melemahkan ketahanan nasional dalam aspek
kebudayaan dan pendidikan. Sehingga timbul hilangnya citra bangsa yang
intelektual akan budaya bangsanya sendiri.
Globalisasi ini telah mengalienasikan generasi bangsa
dari budayanya sendiri,
termasuk pada kehilangan identitas sebagai suatu bangsa Indonesia yang besar.
Kurangnya pemahaman generasi muda betapa pentingnya literasi, menggerakan
beberapa komunitas penggiat literasi yang berada di Jakarta untuk mengajak
dalam suatu kegiatan bertajuk ‘Pesta Literasi Akhir Tahun.’ Kegiatan ini
sebagai bentuk penyadaran sejarah, budaya, serta kolektifitas sebagai sebuah
bangsa yang terkandung dalam kekayaan literasi bangsa.
Pesta literasi akhir tahun 2014 diadakan
selama dua hari 9-10 Desember 2014 di
Universitas Negeri Jakarta. Para penyelenggara yang menaruh
lebih terhadap literasi antara lain adalah Perpustakaan Komunitas Kandang Buku,
Gerakan Aksara, Stomata, ingin mengkampanyekan “Sadar Literasi” khusunya pada
generasi muda untuk lebih aktif membaca dan menulis. Hal ini sekiranya sangat erat dengan visi pemerintah yang saat ini ingin mencetak
generasi emas Indonesia dengan menumbuh kembangkan karakter nasionalisme pada
generasi bangsa melalui pendidikan, sejarah, budaya, dan pariwisata Indonesia.
Sebuah gagasan literasi
Indonesia sebagai harta karun intelektual bangsa yang belum diperhatikan secara
lebih oleh pemerintah sebetulnya dapat menjadi sarana perbaikan karakter
generasi bangsa. Generasi yang sadar akan sumber-sumber bacaan (literasi). Untuk
terciptanya suatu capaian tersebut tentu membutuhkan sinergi antara institusi dalam hal ini pemerintah dengan komunitas
yang menaruh perhatian lebih.
Salam #AsahMakaTajam
(Panitia #PLAT2014)